Kamis , 28 Januari 2021
  • Home
  • Kontak Kami

IDKITA Community

Hentikan Kekerasan Pada Anak
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
    • Pendaftaran Sukarelawan
    • Permohonan Kegiatan
    • Konsultasi dan Pengaduan
  • kegiatan
  • Artikel
  • Berita
  • Tutorial
    • Parenting Control
    • Tips dan Trik
  • Parenting
    • Artikel Parenting
    • Aplikasi Parenting Control
      • Aplikasi Android
      • iOS
      • Blackberry
      • Windows Phone
  • Galeri Video
  • FAQs
    • FAQ Pedofilia
Artikel
  • PBNU Minta Publik Bijak Gunakan Medsos
  • Jokowi Ingin Ada Kampanye Masif untuk Penggunaan Medsos yang Positif
  • Menkominfo: Hampir 800 Ribu Situs Sebar Hoax di Internet
  • Jokowi Minta Hukum Tegas dan Keras untuk Penebar Kebencian di Medsos
  • Jokowi Perintahkan Evaluasi Media Online Penebar Hoax dan Provokasi
  • Kasus Asusila Kediri: Terdakwa Dapat Dikenakan Penggabungan Tindak Pidana Selama 20 Tahun
  • Tangani Masalah Yuyun Jangan Tergesa-gesa dan Asal-asalan!
You Are Here: Home » Artikel » Smartphone Diandalkan Untuk Berinternet, Kapan Belajarnya?

Smartphone Diandalkan Untuk Berinternet, Kapan Belajarnya?

Posted by :Deasy Maria Posted date : 31 Januari 2014

Kalau pertanyaan ini ditanyakan ke pengguna dewasa apalagi memiliki daya beli yang tinggi baik peralatan maupun paket koneksi internet, tentu saja akan mendapat jawaban beragam, “Maksud Loe? Suka-suka saya dong!”, atau “Lewat smartphone kan bisa belajar banyak hal, diskusi, bergosip, baca berita, berinteraksi dalam debat kusir kan meningkatkan wawasan, semua itu proses belajar bukan?  Ini kan soal media saja, jadi menggunakan smartphone memang mempercepat proses belajar apa saja, kapan saja dan dimana saja apalagi harga paket internet semakin murah dan kompetitif”.  It’s Ok! Benar semua.

Tapi kalau pertanyaan ini ditanyakan kepada anak-anak kita, para pelajar, mungkin sebagian memiliki argumentasi atau jawaban yang sama. Lewat smartphone dan internet mereka dapat mencari informasi dalam menunjang pendidikan dan pengetahuan mereka, kapan saja dan dimana saja. Justru smartphone adalah cara cepat mendapat “bisikan” dari  “mbah google” ketika dihadapkan dengan pertanyaan sulit yang harus dijawab segera.

Ketika pertanyaan tersebut dijelaskan dalam berbagai keterbatasan pemanfaatan smartphone untuk pendidikan secara teknis baik itu kemampuan desain/grafis, video editing, web programming, pelajaran atau ketrampilan lain yang harus dilakukan secara manual (praktek), atau dalam keperluan menggali  sebanyak-banyaknya sumber referensi untuk menunjang pendidikan formal (termasuk ke perpustakaan) agar hasil karya dapat dipertanggungjawabkan. Ada yang terdiam.

Jadi apa benar smartphone digunakan siswa lebih banyak untuk belajar (menunjang pelajaran di sekolah) atau malah menghabiskan waktu ngegame, chatting, ber-jejaring sosial? Atau justru saling menunjang? Hmm.. hanya mereka yang dapat menjawabnya dengan jujur.

***

Ketika seorang peneliti, Shriram Venkatraman, melakukan penilitian di Panchagrami-India, kemudian di posting di Blog University College London (UCL), 17 January 2014, yang berjudul “Illiteracy and social media: a picture is worth a thousand words”, dia mengamati beberapa sampel dari penduduk dengan latar belakang ekonomi miskin atau putus sekolah namun berkeinginan kuat untuk dapat memanfaatkan media sosial.

Dalam beberapa kasus, ia menemukan hal unik dimana terdapat pengguna media sosial justru tidak dapat membaca/menulis atau disebut sebagai buta aksara dalam arti umum.  Tentu saja banyak pertanyaan yang timbul di benak Venkatraman, bagaimana mungkin mereka memanfaatkannya. Bahkan menurutnya,  golongan ini selalu memperpanjang paket koneksi internet pra-bayar tepat pada waktunya.

Tibalah pada kesimpulan, setelah melakukan serangkaian penelitian, termasuk wawancara langsung tentunya dengan mereka. Selain mendapatkan jawaban, bahwa yang pertama kali membuat akun media sosial mereka adalah teman-teman mereka yang dapat baca/tulis. Teman-temannya itu pula yang akan memastikan bahwa mereka selalu tetap login secara otomatis saat membuka media sosial melalui smartphone.

Venkatraman menemukan bahwa gambar (tombol) seperti “Like” atau “share” sangat berperan penting sebagai cara mereka berinteraksi di media sosial,  tanpa memberi “Komentar” atau bahkan tidak mengeti apa yang ditulis.

Meskipun mereka tidak tahu cara membaca teks, mereka memandang segala sesuatu sebagai gambar dan simbol.  Jadi untuk mengakses YouTube atau Facebook mereka dipandu oleh pemahaman visual daripada pemahaman tekstual.

Sebuah dorongan yang kuat, walau berlatar belakang buta aksara dan tingkat ekonomi lemah (miskin), mereka tidak mau ketinggalan untuk memiliki smartphone dan ikut-ikutan berinteraksi di media sosial.

Bagaimana dengan Indonesia?

Dengan 74,57 juta pengguna Internet pada akhir tahun 2013, sesuai penelitian MarkPlus Insight terhadap Indonesia Internet Users Survey, (majalah Marketeers edisi November 2013). Penelitian yang sama juga memperlihatkan pola konsumtif dimana rata-rata pengguna internet di Indonesia rela merogoh koceknya sebesar Rp. 100.000 untuk kebutuhan internet per bulannya, bahkan ada yang rela menghabiskan lebih dari Rp. 150.000. Hampir 95% dari pengguna, mengakses internet melalui perangkat mobile (smartphone)

Apa yang ditulis oleh Venkatraman dan survey MarkPlus Insight, mengingatkan kami pada satu judul berita yang ditulis oleh The Guardian (22/10/2010), “How can a country where millions of people are so poor they’ve never even used a computer be the world’s biggest user of Twitter?”

***

13911555831878616936

Inilah yang menjadi salah satu dasar evaluasi dari Tim IDKITA Kompasiana melakukan road show hari ke dua, pada tanggal 27 Januari 2014,  ketika mengujungi dua SMK di Solo dan Sragen, yang kebetulan siswanya memilih jurusan teknik komputer jaringan (TKJ), yaitu SMK Negeri 2 Surakarta, Jalan Laksda Adi Sucipto No 33 (Manahan) Surakarta danSMK Bina Taruna Jl. Solo-Sragen Km. 16 Masaran, Kabupaten Sragen.

1391155668232356596

Jumlah 74,57 juta pengguna internet, mungkin dari satu sisi dapat dianggap sebagai kemajuan penyebaran akses internet di Indonesia, namun dibalik itu, kami kuatir, jangan-jangan angka tersebut menjadi tolak ukur seolah-olah rakyat Indonesia telah mampu menyerap ilmu TIK sehingga dapat menjadi creator/pencipta produk (software/hardware) TIK untuk bersaing secara internasional atau minimal dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan bakat, pengetahuan bahkan memperoleh nilai tambah dalam menghasilkan pendapatan. Singkatnya, mungkin kita sudah terjajah dengan gaya hidup yang berlebihan tanpa melihat manfaat yang dapat kita peroleh dari perkembangan TIK itu sendiri.

PC/Laptop yang seharusnya dapat digunakan untuk mengexplore lebih dalam kemampuan teknis dalam bidang teknologi maupun dalam meningkatkan bakat dan kreativitas, hanya digunakan di sekolah (apalagi di sediakan terbatas dengan banyak masalah), sementara di rumah memiliki 1 hingga 2 smartphone lebih penting dari pada mengadakan PC/Laptop. Maka mungkin dapat dipahami alasan MarkPlus Insight mengeluarkan statement saat pertama kali melakukan penelitian pengguna internet di Indonesia pada tahun 2010. “Makan nggak makan asal connect“

13911558311099856094

Selain membekali siswa untuk memproteksi diri mereka dari ancaman penyalahgunaan TIK (teknologi informasi dan komunikasi) yang merugikan masa depan, Tim IDKITA juga mengingatkan mereka untuk tidak menghabiskan waktu berselancar, chatting, atau bentuk interaksi lain melalui smartphone di media sosial. Apalagi jurusan yang mereka pilih cukup prestisius, jika ditekuni dengan baik dapat menghasilkan generasi bangsa yang handal sekaligus menunjang pendidikan lanjut yang lebih tinggi  serta memiliki daya saing dalam lapangan pekerjaan yang membutuhkan keahlian mereka.

Kegitan Road Show IDKITA Kompasiana, di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta untuk Januari 2014 ini terselenggara atas dukungan berbagai pihak khususnya Kowani (Kongres Wanita Indonesia),  dan juga mengajak keterlibatan PT Indosat.

Banyak hal yang perlu dipahami mengenai permasalahan dan cara pemanfaatan TIK di kota-kota penyangga (hingga tingkat kecamatan) di Indonesia. Kami menghimbau sekolah untuk dapat menjadi perpanjangan tangan, hati dan suara untuk memajukan daerahnya (hingga ke pelosok desa) dalam memberikan pengetahuan pemanfaatan TIK secara baik dan benar.

13911559481160191036

Untuk artikel/berita atau laporan lainnya, akan di tulis  dalam artikel yang terpisah, karena hari berikutnya yaitu Selasa 28 Januari 2014, Tim IDKITA telah mengujungi SMA Muhammadiyah 5 Surakarta dan pada Kamis, 30 Januari 2014 Tim menyempatkan diri mengujungi Boarding School Mbangun Desa dan SMTK Soteria di Purwokerto untuk memberikan sosialisasi dan berdialog tentang pemanfaatan TIK.

Ilustrasi: thestar.com

*Ditayangkan di Kompasiana, pada tanggal 31 January 2014 | 15:20

Walau Sekolahnya di Desa, Siswa Sudah “Melek” Internet
Menjadi “Penulis Sehat”

About Deasy Maria

Sekjen IDKITA

Related posts

  • Kasus Asusila Kediri: Terdakwa Dapat Dikenakan Penggabungan Tindak Pidana Selama 20 Tahun

    Kasus Asusila Kediri: Terdakwa Dapat Dikenakan Penggabungan ...

    23 Mei 2016

  • Tangani Masalah Yuyun Jangan Tergesa-gesa dan Asal-asalan!

    Tangani Masalah Yuyun Jangan Tergesa-gesa dan Asal-asalan!

    7 Mei 2016

  • #NyalaUntukYuyun: Perangi Kekerasan Seksual Pada Anak!!

    #NyalaUntukYuyun: Perangi Kekerasan Seksual Pada Anak!!

    4 Mei 2016

  • Dialog Penanganan Kekerasan Online Pada Anak dan “Sex Tourism”

    Dialog Penanganan Kekerasan Online Pada Anak dan ...

    20 Maret 2016

  • blogger
  • youtube
  • twitter
  • rss
  • googleplus
  • facebook
  1. Popular
  2. Recent
  • Talkshow Pemanfaatan TIK di Mall Taman Anggrek Jakarta

    Talkshow Pemanfaatan TIK di Mall Taman Anggrek Jakarta

    5 Agustus 2014
  • Ancaman Gangguan Kepribadian Karena Online

    Ancaman Gangguan Kepribadian Karena Online

    24 November 2012
  • IDkita Menyambut Hari Ibu Nasional 2012

    IDkita Menyambut Hari Ibu Nasional 2012

    17 Desember 2012
  • Persiapan Seminar Hari Ibu Nasional 2012

    Persiapan Seminar Hari Ibu Nasional 2012

    26 November 2012
  • IDKita Kompasiana Dan Pustekkom Dikbud

    IDKita Kompasiana Dan Pustekkom Dikbud

    19 September 2012
  • PBNU Minta Publik Bijak Gunakan Medsos

    PBNU Minta Publik Bijak Gunakan Medsos

    30 Desember 2016
  • Jokowi Ingin Ada Kampanye Masif untuk Penggunaan Medsos yang Positif

    Jokowi Ingin Ada Kampanye Masif untuk Penggunaan Medsos yang Positif

    30 Desember 2016
  • Menkominfo: Hampir 800 Ribu Situs Sebar Hoax di Internet

    Menkominfo: Hampir 800 Ribu Situs Sebar Hoax di Internet

    30 Desember 2016
  • Jokowi Minta Hukum Tegas dan Keras untuk Penebar Kebencian di Medsos

    Jokowi Minta Hukum Tegas dan Keras untuk Penebar Kebencian di Medsos

    30 Desember 2016
  • Jokowi Perintahkan Evaluasi Media Online Penebar Hoax dan Provokasi

    Jokowi Perintahkan Evaluasi Media Online Penebar Hoax dan Provokasi

    30 Desember 2016
  1. Recent Posts

    • PBNU Minta Publik Bijak Gunakan Medsos

      PBNU Minta Publik Bijak Gunakan Medsos

      30 Desember 2016
    • Jokowi Ingin Ada Kampanye Masif untuk Penggunaan Medsos yang Positif

      Jokowi Ingin Ada Kampanye Masif untuk Penggunaan Medsos yang Positif

      30 Desember 2016
    • Menkominfo: Hampir 800 Ribu Situs Sebar Hoax di Internet

      Menkominfo: Hampir 800 Ribu Situs Sebar Hoax di Internet

      30 Desember 2016
    • Jokowi Minta Hukum Tegas dan Keras untuk Penebar Kebencian di Medsos

      Jokowi Minta Hukum Tegas dan Keras untuk Penebar Kebencian di Medsos

      30 Desember 2016
    • Jokowi Perintahkan Evaluasi Media Online Penebar Hoax dan Provokasi

      Jokowi Perintahkan Evaluasi Media Online Penebar Hoax dan Provokasi

      30 Desember 2016
  2. News in Pictures

    PBNU Minta Publik Bijak Gunakan Medsos
    Jokowi Ingin Ada Kampanye Masif untuk Penggunaan Medsos yang Positif
    Menkominfo: Hampir 800 Ribu Situs Sebar Hoax di Internet
    Jokowi Minta Hukum Tegas dan Keras untuk Penebar Kebencian di Medsos
    Jokowi Perintahkan Evaluasi Media Online Penebar Hoax dan Provokasi
    Kasus Asusila Kediri: Terdakwa Dapat Dikenakan Penggabungan Tindak Pidana Selama 20 Tahun
    Tangani Masalah Yuyun Jangan Tergesa-gesa dan Asal-asalan!
    #NyalaUntukYuyun: Perangi Kekerasan Seksual Pada Anak!!
    Dialog Penanganan Kekerasan Online Pada Anak dan “Sex Tourism”
    IDKITA Mengisi Workshop EMAX Tentang Waspada Cyber-Bullying Terhadap anak
    HUT IIDI ke 60: IDKITA Bersama KOMNASPA Mengisi Seminar Tentang Kekerasan Anak
    IDKITA Bersama IWAPI Jawa Tengah Membahas Masalah Kekerasan Anak
    Darurat Nasional Kejahatan Seksual Terhadap Anak di Indonesia
    Justeru MA yang Mengancam Terjadinya “Kiamat” Internet di Indonesia
    Dibalik Kisah Sebuah Sekolah “Kumuh” di Tengah Kota Ambon
    Memahami Cyberbullying dan Cyberstalking Secara Sederhana
    Sosialisasi Pemanfaatan TIK di Universitas Kristen Indonesia Maluku
    Tidak Semua Pedofil Memiliki Gangguan Jiwa
    Indar Atmanto di Mata Saya
  3. Popular Posts

    • Talkshow Pemanfaatan TIK di Mall Taman Anggrek Jakarta

      Talkshow Pemanfaatan TIK di Mall Taman Anggrek Jakarta

      5 Agustus 2014
    • Ancaman Gangguan Kepribadian Karena Online

      Ancaman Gangguan Kepribadian Karena Online

      24 November 2012
    • IDkita Menyambut Hari Ibu Nasional 2012

      IDkita Menyambut Hari Ibu Nasional 2012

      17 Desember 2012
    • Persiapan Seminar Hari Ibu Nasional 2012

      Persiapan Seminar Hari Ibu Nasional 2012

      26 November 2012
    • IDKita Kompasiana Dan Pustekkom Dikbud

      IDKita Kompasiana Dan Pustekkom Dikbud

      19 September 2012
  4. Kontak Kami

    Email :
    info@idkita.or.id
    Pengaduan/Konsultasi:
    aduan.idkita@gmail.com
    Phone (SMS) : 081328506987

    Konsultasi :
    valentino@idkita.com
    BB : 2BA9795D
    WA: 081212974432 (Konfirmasi Melalui SMS)
    Waktu : 18:00 - 22:00 WIB
  • blogger
  • youtube
  • twitter
  • rss
  • googleplus
  • facebook
© Copyright 2013, IDKITA Community All Rights Reserved. | Powered by WordPress | Designed by Idkita